absurd journey

absurd journey

Selasa, 08 Mei 2012

Potret kemiskinan dan perataan pendidikan dilingkungan masyarakat

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau (semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.

Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Masyarakat (society) merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan komuniti manusia yang tinggal bersama-sama. Boleh juga dikatakan masyarakat itu merupakan jaringan perhubungan antara pelbagai individu. Dari segi perlaksaan, ia bermaksud sesuatu yang dibuat – atau tidak dibuat – oleh kumpulan orang itu. Masyarakat merupakan subjek utama dalam pengkajian sains sosial.

Perkataan society datang daripada bahasa Latin societas, “perhubungan baik dengan orang lain”. Perkataan societas diambil dari socius yang bererti “teman”, maka makna masyarakat itu adalah berkait rapat dengan apa yang dikatakan sosial. Ini bermakna telah tersirat dalam kata masyarakat bahawa ahli-ahlinya mempunyai kepentingan dan matlamat yang sama. Maka, masyarakat selalu digunakan untuk menggambarkan rakyat sesebuah negara.

Walaupun setiap masyarakat itu berbeda, namun cara ia musnah adalah selalunya sama : penipuan, pencurian, keganasan, peperangan dan juga kadangkala penghapusan etnik jika perasaan perkauman itu timbul. Masyarakat yang baru akan muncul daripada sesiapa yang masih bersama, ataupun daripada sesiapa yang tinggal.

Kemiskinan sebagai gejala dalam masyarakat sudah dikenal sejak makhluk manusia menghuni bumi, tetapi kesadaran untuk memeranginya guna mewujudkan pemerataan baru mulai berkembang setelah timbul hubungan antar-bangsa dan negara yang sekarang bertambah erat, sehingga juga kita dapat membandingkan mana yang kaya dan mana yang miskin. Sepanjang dapat kita telusuri kembali sejak manusia beragama, kemiskinan sudah diakui ada, dan semua agama juga mengandung perintah agar nasib kaum papa diperbaiki.

Si kaya harus membagikan sebagian kekayaannya kepada si miskin karena Allah Sang Pencipta memberikan segala sumberdaya alam di bumi untuk dapat dimanfaatkan dan dinikmati oleh mahluk manusia secara merata. Tetapi, kemudian manusia menggagas dan merekayasa tatanan masyarakat dan ekonomi yang membeda-bedakan penguasaan dan pemanfaatan atas sumberdaya alam yang kaya. Demikianlah timbul pelapisan dalam kehidupan bermasyarakat manusia, sehingga yang kaya menguasai yang miskin.


Salah satu kupasan menarik tentang hubungan antara agama Kristiani dan tumbuhnya Kapitalisme pernah ditulis oleh R.H. Tawney (1938) yang dalam kesimpulan beliau mengutip ahli ekonomi J. M. Keynes yang berpendapat : “Modern Capitalism is absolutely irreligious…” sehingga akibatnya keadilan, kemiskinan dan pemerataan tidak terlalu diperhatikan. Ratusan tahun sebelum Masehi, Farao di Mesir sudah mengenal dan memelihara perbudakan. Di semua benua yang kita kenalpun ada Raja-raja yang membeda-bedakan lapisan masyarakat menurut keturunan, sehingga siapapun yang tidak tergolong “darah biru” hanya bernasib mengabdi kepada Raja dan “kaum ningrat”.
Ada kemajuan sosial berarti setelah sistim perbudakan menjelang akhir abad ke-19 di beberapa negara dilarang dan selangkah lebih maju lagi waktu Serikat Bangsa-bangsa (United Nations) melarang segala bentuk perbudakan, yaitu dalam bentuk 33 negara anggota yang menandatangani UN Convention 1956. Namun demikian berbagai bentuk eksploitasi kaum papa oleh mereka yang berkuasa dan kaya masih berlangsung di banyak negara.

Menurut sudut pandang, masyarakat di daerah lingkungan saya masih banyak sekali yang kepala keluarganya berpenghasilan rendah atau bias dibilang pas- pasan hanya untuk makan sehari hari saja belum untuk biaya pendidikan,pertumbuhan si anak dari keluarganya ya bias dibilang mereka hanya mementingkan isi perut saja dibandingkan pendidikan si anak tersebut.
Banyak orang tua sekarang yang hanya berpikiran pendek atau lain hal. Mereka beralasan mencari uang itu lebih penting untuk makan dan memenuhi kebutuhan supaya bisa melangsungkan hidup keluarganya ketimbang membicarakan soal pendidikan anaknya tersebut. Ya memang kadang uang sudah menjadi kebutuhan…
Menurut saya pendidikan itu lebih penting agar si anak dapat memperoleh ilmu pendidikan yang layak agar kehidupannya nanti dimasa depan dapat men sejahterakan keluarganya. Jangan hanya mementingkan materi saja! Karena materi sebanyak apapun tujuannya ya untuk dihabiskan, namun ilmu akan selalu diwariskan dan berkembang turun temurun hingga sampai ke anak cucu kita nanti.
Jika ilmu kita luas maka kita akan terpikir dengan sendirinya bahwa bagaimana cara mengatasi kemiskinan yang ada dalam tatanan keluarga ini, jangan hanya mengandalkan cara yang itu itu saja toh karna semakin lama jaman akan semakin maju kalo kita terus monoton dengen hidup ini toh kehidupan ini tidak akan berubah dan kemiskinan ini akan terus berlanjut sampai ke anak dan cucu kita nanti. Tentu semua orang tidak akan mau toh kalau anak cucu mereka hidup dengan kesulitan
Banyak jalan alternatife untuk mensejahetrakan hidup keluarga dengan kemampuan kerja dan didukang oleh ketekunan dan rasa percaya diri jika pekerjaan yang dikerjakan dengan ikhlas dan sungguh – sungguh itu maka akan berbuah manis. Dengan bermodalkan sebuah pengalaman dan percaya diri itu kita akan menemukan aspek aspek untuk mensejahterakan kehidupan keluarga serta membangun masa depan yang lebih cerah tentunya.
Memang saat ini materi yang jadi kendala besar untuk memperoleh pendidikan yang layak. Oleh karena itu kita sebagai generasi muda harus berbaur terjun saling membantu adik adik kita yang kurang mampu untuk memperoleh pendidikan yang layak. Seharusnya pemerintah pun sadar bahwa anggaran dana untuk pendidikan di Indonesia ini sangatlah kurang.
Mengapa kurang? Iya itulah Indonesia orang yang dipercayakan untuk memberikan anggaran itu ternyata tidak sampai langsung ketangan orang yang membutuhkan. Mereka lebih mementingkan anggota keluarganya sendiri, sifat individualism inilah yang harus dihindari oleh para pemimpin pemimpin di negri ini dan itulah penyakit nya KORUPSI!!
Anggaran pendidikan hilang dan anak anakpun kehilangan haknya untuk memperoleh pendidikan yang layak sebagaimana seperti teman teman mereka yang mampu bersekolah. Pemerintah seharusnya lebih fleksibel untuk soal anggaran ini agar masyarakat miskin dan anak anak yang tidak mampu itu dapat pendidikan yang layak dengan sebagaimana yang telah diwajibkan di Indonesia yaitu wajib belajar 9tahun.
Jadi bila kita masih ingin mewujudkan keadilan dan pemerataan pendidikan nasional, dan memerangi kemiskinan maka generasi muda ayo kita bangun negeri ini dengan semangat kokoh yang baru demi masa depan anak bangsa nanti. Indonesia harus menjadi Negara yang luas akan kebudayaan,social,ekonomi,dan pendidikan yang tinggi!!! Perangi korupsi sampai habis!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar